Trending Now:
KH Abbas Layak Menjadi Pahlawan Nasional, Prof. KH Asep S. Chalim: Kami Himpun Para Sarjan... Gus Dur dengan Misi Njajah Negara Milang Lintangnya Keunggulan Metodologi Imam Bukhari Dalam Menyaring Hadis Sahih
Di suatu masa, wahyu turun dari langit membawa cahaya yang tak terbakar waktu. Ia mengetuk jiwa-jiwa pencari dan menuntun umat dari gelap menuju jalan yang penuh makna.
Tapi kini, kita lebih percaya notifikasi daripada ilham. Lebih tunduk pada notifikasi daripada trending. Lebih tunduk pada notifikasi trending daripada panggilan langit subuh. Wahyu dibuka hanya saat khutbah. Sementara algoritma kita refresh tiap lima menit.
Kita membaca ayat bukan untuk memahami, tetapi untuk mengutip dan menang debat. Sementara kita hafal suara influencer, tapi lupa suara hati.
Tuhan memberi kita kitab, tetapi kita lebih senang membaca kolom komentar. Nabi memberikan akhlak, tetapi kita ikuti sebab yang memberi filter.
Dan tanpa sadar, kita sedang menyembah sesuatu yang tak bernama, tak bermoral, tetapi menentukan arah hidup kita. Algoritma. Ia tahu kapan kita lapar, kapan kita marah, dan kapan kita butuh pengakuan. Ia memberi tanpa peduli apa yang benar, ia hanya memberi apa yang kita klik.
Dan kita pun terlatih untuk berpikir pendek, merasa cepat menilai dangkal, dan percaya pada apa yang populer, bukan pada apa yang benar.
Ini zaman di mana hikmah tak viral, dan yang viral jarang punya hikmah.
Ketika algoritma lebih kuat daripada wahyu, kita tahu bahwa zaman ini telah memindahkan kiblatnya dari langit ke layar.
Catatan Prof. Dr. Nasaruddin Umar, MA. - Menteri Agama RI - Imam Besar Masjid Istiqlal Jkt.